Kamis, 03 Desember 2009

lautan maaf

ORANG YANG KU BENCI
KARYA : NOVITA RAHAYU*

“Pergilah, temui dulu orang yang kau benci saat ini,barulah kau bisa mengikuti apa yang aku ajarkan!” Ustad dengan nada yang datar Beliau menyarankan aku untuk merenungkan kembali keputusanku.
”Ustad, apa tidak ada pilihan lain?” raguku.
Ustad hanya gelengkan kepala, serta jari telunjuknya digerak-gerakkan. Seakan Beliau tak ingin membicarakan lagi hal ini. Hanya satu kalimat dan kata yang ingin Beliau sampaikan. Hingga seakan tiada pilihan bila aku ingin lebih baik dari kemarin.
Dengan hati yang resah,aku pulang dengan segala kegalauan jiwa untuk merangkai kata dan maaf untuk orang-orang yang aku benci. Aku benar-benar tak habis pikir susah sekali untuk menjadi orang yang baik. Baru mau masuk saja, sudah sulit ujiannya.Banyak persyaratannya,apalagi masalah seperti ini.
Sepanjang perjalanan ke kos-kosan, aku sudah membayangkan caci-maki yang aku akan terima dari orang-orang yang ku benci. Tanpa terasa air mata pun jatuh di pangkuanku. Sepertinya aku benar-benar tidak sanggup melakukan yang disarankan ustad untukku. Dimana harga diriku? Bila aku harus menemui mereka? Bukankah bila ini aku lakukan membuat mereka besar kepala? Tidak........! Tidak....! Aku tidak akan lalukan itu apalagi pada Sundari. Oh.....itu tidak akan terjadi dalam kamus hidupku! Tak akan, dan tak akan terjadi. Dengan hati yang kesal aku mencoba menghapus air mataku.
”Mungkin anda butuh ini,Mbak?” Seseorang gadis muda yang berjibab biru mencoba menyodorkan tisu padaku.Senyumannya mengisyaratkan bersahabat denganku.
”Makasih,Dik?” Aku coba mengambilnya satu lembar tisu dari bungkusnya.
”Mbak, Allah itu maha mengetahi apa yang pantas buat kita.Jangan besedih karena itu tak akan mengubah garis hidup kita.” Gadis itu mengambilkan satu lembar tisu lagi untukku, sebelum dia masukkan kembali tisunya kedalam tasnya.
”Tapi,Dik.............?”
”Sssuttt! Engak perlu cerita, tanpa Mbak cerita pun Saya bisa merasakan kesedihan Mbak.” Genggaman tangan dan senyumannya, membuatku terasa dibawanya ke alam yang damai. Matanya seakan isyaratkan keteduhan yang selama ini belum pernah ku jumpai.
”Adik ini, kayak dukun aja?” tanyaku
”Saya bukan dukun,Mbak.Saya hanya hamba sahaya yang percaya apa yang saya yakini selama ini. Semua persoalan yang ada dimuka bumi ini pun sudah ada penyelesaiannya. Dan hanya orang yang bertakwa dan berilmulah yang dapat menerjemahkan semua nikmat yang ada dibumi ini,termasuk musibah?”
”Dik, jangan guyon, musibah kok dibilang nikmat? Dari mana kamusnya?”
”Dari hati dan akal, sulit memang. Tapi itulah yang dapat saya terjemahkan saat saya harus kehilangan semua yang saya cintai.”
”Caranya?”
”Ikhlas dan sabar.Sesungguhnya Allah tidakkan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.Namun kadang kita manusia yang dijadikan mahluk yang paling sempurna dari mahluk Allah lainnya, mudah mengeluh daripada berpikir untuk memecahkan masalahnya.” dengan ringaan dia katakan itu padaku.
”Teori!”
”Bukan teori,tapi secuplik firman Allah. Kita tidak akan memiliki hati yang bersih, bila dalam pikiran kita selalu terisi pikiran yang buruk tentang hidup. Apalagi bila sudah terisi dendam,iri, amarah dan penyakit hati lainnya. Dalam benak kita akan selalu tertuju kesana, untuk membalas,bersaing, mengalahkan, kalau perlu menjegalnya hingga kita benar-benar lebih tinggi dari mereka. Hati terasa puas bila semua telah terbalaskan, walau orang yang kita sakiti itu lebih parah, daripada yang dia lakukan pada diri kita sendiri. Kalau sudah begini apa beda kita dengan mereka?” Genggamannya seakan dia menyakinkan aku.
”Caranya?”
”Selalu berpositifthinking dalam segala hal yang terjadi.Udah dulu ya, Mbak. Saya sudah sampai.” Gadis itu seakan selalu ceria dalam hidupnya.
Taxi kota berjalan mulai lambat,kerena kota mulai sesak dengan orang yang sibuk mencari bahan makan buat berbuka. Sungguh dalam benakku masih tak dapat menghilangkan bagaimana caranya merangkai maaf untuk orang yang aku benci.
***
Pagi itu udara tak bersahabat denganku, hujan rintik-rintik. Membuat aku enggan kemana-mana termasuk rencanaku ke rumah Sundari. Selimut tebalku seakan mengisyaratkat agar aku tetap di tempat tidur. Namun apa yang dikatakan oleh gadis dalam taxi itu masih selalu dalam benakku. Aku tidak mau jadi orang merugi seperti ini terus. Setip tahun selalu sama, bahkan semakin menumpuk daftar nama-nama yang aku benci dalam kehidupanku.
”Aku harus berangkat!Ini ujian,Ra!” aku tegaskan bayanganku dicermin. Untuk menyakinkan diri melakukan hal yan lebih baik dari yang kemarin.Beberapa kata dan kalimat aku coba untuknya, agar bila benar-benar bertemu dengannya aku tidak gerogi.
”Bantu aku Ya Allah. Hari ini aku akan mencoba menemui orang yang aku benci. Karena aku sangat tahu, kesalahan sesama manusia tidak dapat dimaafkan oleh Allah, bila mereka tidak memaafkan kita!Mudahkan segala jalanku Ya, Allah.” Doaku
***
”Assallamu’allaikum”.
”Waallaikumsalam, eh Mbak Rara. Masuk,Mbak! Lagi betulin bunga nih.Mas Arya baru saja berangkat kerja.” Dia sibuk mambersihkan tangannya, sepertinya dia pun gerogi seperti halnya aku. Tapi untunglah Aku dapat kendalikan Emosiku.
”Aku tidak mencari Arya,tapi mencarimu?”
”Mencariku? Aduh ada apa ya,Mbak? Masuk yuk Mbak, biar enak ngobrolnya.”
”Engak usah diteras aja. Aku Cuma sebentar.”
”Benar,nih engak apa-apa?” Sambil mempersilahkan aku duduk di kursi teras sampingnya.
”Dik, aku mau minta maaf padamu. Karena aku sempat membencimu setengah mati.Aku janji di bulan Syawal nanti aku benar-benar menjadi orang yang baru.” Aku coba ulurkan tanganku padanya.
”Mbak, akulah yang seharusnya minta maaf padamu, kerena merebut Mas Arya dari Mbak Rara.Mbak, aku juga sebenarnya sudah lama ingin minta maaf, tapi aku tidak tahu bagaimana caranya”
”Jangan punya pikiran seperti itu.Dik, semua sudah takdir.Maafin aku ya.” Sebuah pelukkan dan tetesan air mata menghapus segala beban dijiwaku selama ini. Kami pun tak banyak bicara, hanya ungkapan rasa rindu akan suasana kampus yang sempat tergores indah diantara kami.
Sungguh,aku tidak bayangkan bila semuanya semudah ini aku lakukan. Mungkin kadang ego dan gengsi harus kita kebelakangkan, bila kita ingin hidup damai dan indah di dunia.
Aku juga sempatkan bertemu dengan keluarga Paman dan Bibiku, yang sempat membuatku sakit hati,kerena fitnah-finahnya. Dingin dan serba kaku, seakan mengisyaratkan tak maafkan sikapku yang memilih untuk kos sendiri daripada tinggal di rumah mereka . Namun seakan beban kewajibanku telah berkurang dua dalam hatiku. Masalah mereka mau memaafkan aku atau tidak, itu tidak penting. Yang penting telah gugur kewajibanku untuk merangkai maaf yang tulus pada orang-orang yang ku benci.
”Makasih Ya Allah,Engkau mudahkan segala urusanku hari ini. Jujur, rasanya aku ingin bertemu dengan gadis berjilbab itu bila di taxsi seperti ini.”
”Tit.......tit....tit....”Suara SMS dari HPku hilangkan konsentrasiku.
THANKS,YA.AKU JUGA MINTA MAAF ATAS MENGHIANATANKU.AKU DOAKAN KAU MENDAPATKAN PENGGANTI YANG LEBIH BAIK DARIKU. AKU AKAN SELALU MENYAYANGIMU,RA.KARENA KAU WANITA PILIHAN..ARYA.
Sepertinya aku enggan untuk membalasnya, namun aku tidak mau menjadi orang yang sama seperti tahun yang kemarin.Manusia yang penuh dengan dendam.
SAMA-SAMA,AR. SIMPAN SAJA RAYUNANMU, CUKUP AKU SAJA. YANG KAU BUAT GILA. JAGA DIA,HANYA UNTUK SATU CINTA HINGGA ANAK CUCU. JANGAN KHAWATIRKAN AKU. AKU SUDAH MENEMUKAN KEKASIH SEJATIKU, YAITU ALLAH.BAHKAN LEWAT SURAT CINTA-NYA(AL QURAN), AKU MENGERTI DAN BERSYUKUR TIDAK BERJODOH DENGANMU.
Aku segera menon-aktifkan HPku, aku benar-benar ingin hidjrah di jalan-Mu,Ya Allah. Aku akan berusaha untuk melupakan semuanya yang menghalagi langkahku. Aku semakin mengerti, mengapa Ustad ngotot supaya aku menemui mereka.Waktu berjalan maju dan pasti. Banyak yang harus Aku susun untuk hari esok yang lebih baik daripada memikirkan hal yang kita benci. Positifthinking!
*Anggota FLP Sengata

0 komentar: